News Centre
Kantar Worldpanel - www.kantarworldpanel.com
Thought Leaderships

Saat Anda Tidak Perlu Memasak Lagi untuk Semangkuk Mi Instan

29/10/2013

Share

Ketika berbicara mengenai mi instan, Indonesia adalah salah satu negara yang akan berbicara banyak mengenai kategori ini

Ketika berbicara mengenai mi instan, Indonesia adalah salah satu negara yang akan berbicara banyak mengenai kategori ini

“Ketika berbicara mengenai mi instan, Indonesia adalah salah satu negara yang akan berbicara banyak mengenai kategori ini.”

Selain negeri para peminum teh (tea drinker country), Indonesia juga termasuk ke dalam negeri para pecinta mi instan. Agak sulit menyangkal hal ini jika melihat data dari Kantar Worldpanel Indonesia yang menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga di Indonesia (urban dan rural) pernah membeli mi instan dalam satu tahun terakhir. Lebih sulit lagi setelah mengetahui bahwa rata-rata satu rumah tangga di Indonesia membeli sekitar 300 bungkus mi instan selama satu tahun.

Melihat tren yang sangat positif dari kategori mi instan ini, tidak heran jika produsen dari merek mi instan di Indonesia terus berinovasi untuk mengembangkan dan “mencuri” pangsa pasar dari produsen lainnya. Dari kompetisi ini, dapat dilhat berbagai inovasi, mulai dari rasa yang sangat beragam, hingga jenis yang variatif. Semuanya dilakukan untuk mencuri hati konsumen. Kini, tren konsumen sepertinya telah berkembang ke hal-hal yang lebih luas, tidak hanya soal rasa dan jenis, tetapi juga soal kemudahan dalam menyantap mi instan. Karena itu, mi instan dalam format cup pun kini mengalami tren yang positif di pasaran karena menawarkan kepraktisan yang tinggi.

Data Kantar Worldpanel Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan dari pembeli mi instan cup, baik di daerah urban maupun rural Indonesia. Di urban, pembeli mi instan dengan format cup meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Januari 2012 hingga bulan September 2013. Tren serupa terjadi di rural, dimana peningkatan jumlah pembeli mencapai tiga kali lipat. Peningkatan jumlah pembeli ini berhasil mendongkrak volume penjualan mi instan cup hingga lebih dari dua kali lipat (dalam satuan unit atau pak) dari awal 2012 hingga September 2013. Sementara jumlah pembelian rata-rata per rumah tangga tidak mengalami peningkatan dan tetap pada jumlah dua pak per bulan, sehingga peningkatan jumlah pembeli adalah hal yang sangat penting untuk mengembangkan kategori ini untuk saat ini.

Jika dilihat dari sisi konsumen, pembelian mi instan cup lebih cenderung ke rumah tangga dengan SES yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan mi instan dalam bungkus plastik. Harga mi instan cup lebih tinggi hingga dua kali lipat jika dibandingkan dengan harga mi instan dalam bungkus plastik. Namun, meski demikian, rumah tangga dengan SES yang lebih rendah pun kini sudah semakin banyak yang mulai mengonsumsi mi instan cup. Jumlah SES DE di urban Indonesia yang mengonsumsi mi instan cup meningkat sejauh empat kali lipat dari awal 2012 hingga September 2013. Hal ini menunjukkan ada potensi yang tinggi dari format ini untuk berkembang lebih jauh di pasaran.

Meningkatnya produk-produk makanan cepat saji di Indonesia seakan memberikan gambaran mengenai adanya kebutuhan dari masyarakat akan kenyamanan dan kemudahan dalam hal menyiapkan makanan. Selain kategori mi instan, data dari Kantar Worldpanel Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan pembeli untuk produk makanan beku dan makanan kaleng. Kenyamanan dan kemudahan dalam menyiapkan makanan menjadi penting saat ini, terutama untuk SES yang lebih tinggi, mengingat adanya keterbatasan waktu untuk menyiapkan makanan, khususnya bagi ibu rumah tangga yang bekerja. Sehingga, tidak heran jika makanan yang menawarkan kemudahan dalam penyajiannya mengalami jumlah pembeli yang cukup signifikan.

Bisa jadi inilah salah satu indikasi dari munculnya tren instan untuk produk-produk FMCG di Indonesia.

Get in touch

Corina Fajriyani
General Manager - Kantar Worldpanel Indonesia

Newsletter

Print this page

Follow us
Newsletter
Twitter
LinkedIn